INILAH.COM, Jakarta - Bocornya dokumen WikiLeaks mengungkap tabir bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) punya atensi khusus dalam suksesi Pilpres di Indonesia.
Penolakan AS terhadap Wiranto dalam Pilpres 2004 menimbulkan dugaan bahwa AS berada di balik kemenangan Presiden SBY saat itu.
Namun, mantan Ketua Bappilu Partai Demokrat Yahya Sacawirya membantas keras tudingan tersebut.
"Saya sebagai mantan Ketua Bappilu Demokrat mau bilang bahwa kita SBY menang bukan karena disokong asing. Saya bekerja sendiri, konsep sendiri bersama seluruh jajaran tim," tandas Yahya kepada INILAH.COM, di DPR, Jakarta, Rabu (8/12/2010).
Menurut anggota Komisi I DPR ini, jika saja SBY didukung AS mungkin kemenangannya akan berlipat-lipat. "Mungkin kalau didukung, tidak mungkin 20 persen, bisa 50 persen lebih dalam putaran pertama. Boro-boro didukung. Itu kerja keras kita bukan asing."
Soal kekalahan Wiranto, menurut Yahya, konteks pertarungan capres bukan hanya rivalitas dengan SBY, melainkan dengan 2 capres lainnya, seperti Megawati Soekarnoputri dan Amien Rais.
"Dalam konteks pemilu saat itu, rival Wiranto bukan satu, tapi banyak. Dan Pemilu kemarin bukan sipil-militer lagi," terangnya.
Seperti diberitakan, salah satu dokumen WikiLeaks menyebutkan bahwa Kedubes Amerika Serikat (AS) di Jakarta melaporkan kepada pemerintah AS jika Wiranto menjadi Presiden Indonesia maka hubungan antara AS dengan Indonesia akan menjadi rumit. [mah]
Penolakan AS terhadap Wiranto dalam Pilpres 2004 menimbulkan dugaan bahwa AS berada di balik kemenangan Presiden SBY saat itu.
Namun, mantan Ketua Bappilu Partai Demokrat Yahya Sacawirya membantas keras tudingan tersebut.
"Saya sebagai mantan Ketua Bappilu Demokrat mau bilang bahwa kita SBY menang bukan karena disokong asing. Saya bekerja sendiri, konsep sendiri bersama seluruh jajaran tim," tandas Yahya kepada INILAH.COM, di DPR, Jakarta, Rabu (8/12/2010).
Menurut anggota Komisi I DPR ini, jika saja SBY didukung AS mungkin kemenangannya akan berlipat-lipat. "Mungkin kalau didukung, tidak mungkin 20 persen, bisa 50 persen lebih dalam putaran pertama. Boro-boro didukung. Itu kerja keras kita bukan asing."
Soal kekalahan Wiranto, menurut Yahya, konteks pertarungan capres bukan hanya rivalitas dengan SBY, melainkan dengan 2 capres lainnya, seperti Megawati Soekarnoputri dan Amien Rais.
"Dalam konteks pemilu saat itu, rival Wiranto bukan satu, tapi banyak. Dan Pemilu kemarin bukan sipil-militer lagi," terangnya.
Seperti diberitakan, salah satu dokumen WikiLeaks menyebutkan bahwa Kedubes Amerika Serikat (AS) di Jakarta melaporkan kepada pemerintah AS jika Wiranto menjadi Presiden Indonesia maka hubungan antara AS dengan Indonesia akan menjadi rumit. [mah]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar