Beberapa tokoh politik dan kriminal pernah berada disini seperti Kusni Kasdut (era 80-an), Jhony Indo (yang pernah melarikan diri dan berenang mengarungi lautan melewati ancaman kapal patroli dan ikan hiu – era 80-an), Tommy Soeharto, Bob Hasan, termasuk tersangka Bom Bali I-II, para napi GAM, dan banyak lagi.
Keangkeran Nusakambangan bahkan mengalahkan nama Cilacap. Maklum pulau dengan panjang sekitar 36 kilometer dan lebar enam kilometer, Nusakambangan sejak zaman Belanda dipakai untuk mengasingkan narapidana kelas kakap. Di pulau itu terdapat sembilan bangunan penjara peninggalan Belanda, yang dibangun antara tahun 1908 hingga 1912. Sekarang hanya tinggal empat penjara yang masih dipergunakan, yakni Penjara Besi, Batu, Kembangkuning, dan Permisan.

Karena resminya merupakan lembaga pemasyarakatan, akses wisata di tempat ini sangat terbatas. Belum seluruh pelosok pulau boleh dikunjungi wisatawan. Padahal, potensi Nusakambangan sebagai daerah tujuan wisata sangat menjanjikan, seperti lĂtala monumen Nusakambangan di Pelabuhan Sodong, pesanggrahan dan eks lembaga pemasyarakatan Buntu, Gua Pasir, Gua Kelelawar, Gua Bisikan, Gua Ratu dan Gua Putri, Kampung Laut, pantai Pasir Putih Permisan, Gua Kledeng dan bekas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Buntu. Selain itu ada Monumen Artlileri Benteng Pendem dan Mercusuar Cimiring, Cagar Alam Nusakambangan Timur, Gua Panembang, Gua Sikempis, Pulau Karangbandung, Gua Salak, Gua Ketapang, dan Gua Bantar Panjang, bekas penjara Nirbaya Gladagan, Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Hutan Lindung Pohon Plalar.
Batu Akik dibalik Jeruji Besi

Kegiatan yang dilakukan para narapidana itu bermacam-macam, antara lain, ada yang bercocok tanam di halaman LP, dan membuat kerajinan tangan. Semuanya itu dimaksudkan menjadi bagian dari pembinaan supaya para napi itu kelak keluar dari LP sudah memiliki bekal. Dan yang lebih penting lagi, mereka tidak mengulangi perbuatannya atau tidak akan kembali lagi menjadi penghuni LP.
Usaha kerajinan menggosok batu akik menjadi batu cincin, dilakukan dengan alat sederhana, yakni menggunakan kaca, mereka dapat mengolah batu akik itu menjadi barang yang memiliki keindahan.

“Sebelumnya, para napi membuat batu akik menjadi batu cincin dengan menggunakan kaca sebagai bahan penggosok supaya menjadi licin dan mengkilat. Dengan cara itu, bisa-bisa menimbulkan bahaya. Karena bila terjadi keributan, maka alat-alat tersebut bisa digunakan untuk mencederai sesama. Atas dasar itu, maka peralatan pembuatan Batu Akik pun di perbarui.
Dengan kegiatan kerajinan batu itu, para narapidana sudah memiliki tabungan dari hasil upah kerjanya. Tabungan itu dikelola melalui Koperasi Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Batu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar